Skip to content

Fernan Rahadi

  • Home
  • About
08/06/2017 / Life

Terima Kasih, Relawan

Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin (Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina). Hadits tersebut memang sangat pas menggambarkan Cina, yang kini telah sangat jauh meninggalkan Indonesia, baik dari segi pembangunan maupun kualitas generasi mudanya.

Selama sepekan berada di Guangzhou, Cina, saya memetik pelajaran berharga dari para generasi muda yang menjadi relawan. Mereka seolah bekerja tanpa kenal lelah di tempat-tempat pertandingan maupun di tempat-tempat umum. Satu hal yang pantas digarisbawahi adalah mereka bekerja tanpa dibayar.

Maka sangat wajar jika sejak 21 November kemarin sebanyak 20 ribu penduduk lokal Guangzhou berinisiatif mengadakan kampanye persembahan untuk para relawan. Para relawan memang telah membuat imej Guangzhou menjadi sangat bagus di hadapan orang-orang asing yang berkunjung ke kota tersebut.

Rebecca (20 tahun), seorang relawan saya temui di Media Press Center (MPC), mengutarakan alasannya kenapa mau menjadi relawan. Ia mengungkapkan, bisa berpartisipasi di multievent besar seperti Asian Games adalah sesuatu yang sangat membanggakan.

“Bagi saya bisa berkontribusi untuk negara saya adalah sesuatu yang membanggakan, apalagi di dalam sebuah event resmi yang jarang terjadi seperti ini,” ujar mahasiswi Universitas Sun Yat-sen tersebut.

Para relawan tersebut ditempatkan di tempat-tempat strategis untuk membantu kelancaran Asian Games. Pos-pos mereka adalah lebih dari 30 tempat pertandingan (venues) serta tempat-tempat umum seperti pinggir jalan raya, pintu-pintu masuk kereta api bawah tanah (Guangzhou Metro), serta tempat-tempat wisata di Guangzhou.

“Kadang-kadang bosan juga. Namun bisa membantu orang-orang asing yang datang ke sini serta bisa berkenalan dengan mereka membuat saya senang,” tutur Rebecca.

Tidak seperti warga Guangzhou pada umumnya yang terkesan tidak ramah dan suka berbicara dengan nada tinggi, para relawan seperti Rebbecca pada umumnya berusaha melayani pertanyaan para turis maupun wartawan seperti saya dengan sabar dan dengan bahasa yang halus, meskipun rata-rata memiliki bahasa Inggris yang terbatas.

Zhu Yi (22 tahun), seorang relawan lain, mengatakan menjadi relawan Asian Games merupakan tantangan yang sangat besar karena mereka dituntut untuk tidak mengatakan tidak kepada orang-orang yang mereka temui.

“Bagi saya, hal itu adalah sebuah tantangan besar mengingat saya sebenarnya adalah tipikal orang yang pemalu dan tidak banyak bicara,” ujar Zhu yang saya temui di dalam Guangzhou Metro.

Sebelumnya, Zhu membantu saya memilihkan jalur Guangzhou Metro saat saya kebingungan bagaimana caranya kembali ke hotel saya yang terletak di Zhongchan Road. Menyadari bahasa Inggrisnya tidak lancar, ia kemudian mengajak saya menemui temannya yang lebih paham bahasa Inggris. Seperti itulah gambaran betapa seriusnya orang-orang seperti Zhu menjalani pekerjaan sebagai relawan.

Orang-orang seperti Rebbecca dan Zhu sangat jarang dijumpai di Indonesia belakangan ini. Mungkin di negara ini bisa dihitung orang yang mau bekerja tanpa mau dibayar. Oleh karena itu saya para relawan tersebut rasanya layak diberikan ucapan terima kasih dan sunggingan senyum. Xie xie (Terima kasih) !!

Post navigation

Previous Post:

Guangzhou Pemenang Asian Games

Next Post:

Oleh-Oleh dari Kwangchow

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

Fernan Rahadi

Journalist from Yogyakarta

Follow Me

  • instagram
  • twitter
©2021 Fernan Rahadi - Powered by Simpleasy