Skip to content

Fernan Rahadi

  • Home
  • About
01/15/2018 / Football

Pelajaran dari Islandia

Kamis (11/1) petang lalu saya menyempatkan diri datang ke sebuah stadion internasional yang terletak di Kabupaten Sleman, Maguwoharjo International Stadium (MIS). Hari itu, Indonesia Selection, yang berisi para pemain bintang Indonesia yang dipilih oleh fans, menjajal tim yang tengah menjadi kekuatan baru di Eropa, Islandia, dalam sebuah laga uji coba.

Kedatangan Islandia ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada awal tahun ini sebenarnya tak disangka-sangka. Selain tak pernah sekalipun datang ke kota gudeg, skuat berjuluk Our Boys itu juga tengah menjadi buah bibir karena keberhasilan mereka lolos ke Piala Dunia yang akan dihelat pertengahan tahun ini di Rusia.

Cuaca yang tak bersahabat pada hari Kamis itu tak menurunkan performa Islandia, yang sebenarnya datang ke Indonesia dengan skuat lapis kedua. Tak ada nama-nama seperti Gylfi Sigurdsson (Everton), Emil Hallfredsson (Udinese), dan pemain-pemain lain yang merumput di klub-klub besar Eropa.

Namun dengan para pemain yang mayoritas berusia di bawah 25 tahun Islandia mampu menggulung Indonesia Selection enam gol tanpa balas. Padahal, para pemain Indonesia mendapatkan dukungan dari sekitar 5.000 suporter yang bersemangat mendukung meskipun di tengah guyuran hujan lebat.

Skor yang cukup mencolok tersebut cukup saya sayangkan. Dengan performa seperti itu, sebenarnya skuat Merah-Putih setidaknya layak memperoleh satu gol. Hal itu dikarenakan secara permainan sebenarnya skuat Islandia tak terlalu istimewa. Bahkan pada babak pertama lini tengah sempat dikuasai Indonesia Selection, yang dinahkodai pelatih PSM Makassar, Rene Albert.

Hanya saja tiap kali masuk ke pertahanan Islandia, para penggawa Indonesia Selection sering terlihat bingung cara menciptakan peluang. Sedangkan para pemain Islandia yang terlihat benar-benar memanfaatkan postur tubuh bermain taktis dan kerap mengancam gawang yang dijaga Rivki Mokodompit.

Pelatih Islandia, Heimir Hallgrimson, pun seolah menghibur para wartawan Indonesia yang mencoba meminta tanggapan tentang performa Indonesia Selection pada konferensi pers usai laga. Menurut dia, jika yang menjadi lawan Islandia hanya sekadar tim yang terbentuk dari pilihan penggemar, tentu tidak sebagus tim nasional yang sebenarnya. Islandia sendiri baru akan menghadapi timnas Indonesia, Ahad (14/1) nanti di Jakarta. “Karenanya pertandingan seperti ini sebenarnya tidak bisa dijadikan tolok ukur,” kata Hallgrimson.

Akan tetapi, seorang pengamat sepak bola, Ganesha Putera, menganggap laga melawan tim sekelas Islandia seharusnya benar-benar dimanfaatkan secara serius. Jika tim yang dihuni pemain-pemain bintang kelas atas bisa kalah dari tim yang dihuni pemain-pemain kelas dua, bahkan pemain-pemain muda, maka artinya ada yang harus dibenahi di sepak bola Indonesia.

Kegagalan dua tim lokal DIY, PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta, gagal menembus kompetisi kasta tertinggi tahun lalu sudah seharusnya menjadi pekerjaan rumah. Apalagi Yogyakarta sebenarnya cukup memiliki potensi dari segi antusiasme suporter sepak bolanya maupun infrastruktur, dalam hal ini keberadaan MIS yang kerap menjadi homebase timnas pada laga-laga internasional.

Tentu saja untuk memajukan sepak bola di Yogyakarta tak melulu hanya bisa mengandalkan infrastruktur dan suporter saja. Dari sisi manajemen klub juga harus dikelola secara profesional. PSS yang sempat terkena kasus sepak bola gajah harus memperbaiki citranya dengan membentuk sebuah tim yang berkualitas.

Di mixed zone Kamis lalu, Hallgrimsson kembali memuji Yogyakarta karena keramah-tamahan orang-orangnya. Ia juga berencana mengajak keluarganya berlibur ke Jogja suatu saat nanti. Semoga saja DIY di masa depan tidak hanya melulu dipuji karena orang-orangnya, namun juga karena sepak bolanya yang maju.

Post navigation

Previous Post:

Harapan di Tahun yang Baru

Next Post:

Rizal dan Mimpi GSM

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Me

Fernan Rahadi

Journalist from Yogyakarta

Follow Me

  • instagram
  • twitter
©2021 Fernan Rahadi - Powered by Simpleasy