Momen Genting
Hari-hari terakhir ini, seluruh pemberitaan baik di berbagai media massa maupun di jagat media sosial tak jauh-jauh dari penyebaran Covid-19 atau yang biasa disebut virus korona baru.
Masyarakat dunia seolah terkaget-kaget dengan kemunculan wabah virus baru ini. Hal itu terlihat dari tergagap-gagapnya sejumlah pemimpin negara di dunia dalam melakukan antisipasi virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, ini. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui orang yang terpapar virus ini belum tentu menunjukkan gejala namun sudah bisa menularkan virusnya ke orang lain.
Meskipun di tempat asal virus ini ditemukan, Wuhan, jumlah kasus ini mengalami penurunan signifikan, penyebaran virus ini di luar Cina justru meningkat. Pemerintah Italia terpaksa melakukan penutupan (lockdown) setelah jumlah kasus mencapai lebih dari 15 ribu dengan jumlah kasus meninggal menembus 1.000 orang.
Iran dan Korea Selatan menjadi dua negara lain yang terpapar virus ini cukup parah. Sementara jumlah kasus pada tiga negara Eropa lain, yakni Prancis, Spanyol, dan Jerman juga mulai meningkat signifikan.
Di Indonesia, hingga Jumat (13/3) petang bersamaan dengan tulisan ini dibuat, sudah terdapat 69 kasus positif korona. Dari kasus sebanyak itu, sebanyak empat orang meninggal. Sedangkan lima di antaranya berhasil sembuh.
Jumlah kasus ini meningkat dua kali lipat dari sehari sebelumnya yang sebanyak 34 kasus. Hal ini seharusnya menjadi lampu kuning bagi pemerintah agar tak lagi meremehkan penyebaran virus ini. Apalagi sebelumnya cukup banyak yang menyayangkan sikap Menteri Kesehatan yang terkesan menganggap ‘biasa’ wabah ini.
Meskipun sikap seperti itu jelas disayangkan, namun saya berkeyakinan bahwa pemerintah pusat bukan satu-satunya pihak yang dituntut untuk bertanggung jawab terhadap wabah ini. Apalagi langkah-langkah keliru juga sebelumnya dilakukan pemerintah negara-negara lain sebut saja pemerintah Cina dan pemerintah Italia.
Bagaimanapun wabah virus Covid-19 ini saat ini sudah menyebar dan tugas kita semua untuk bertahan dan melawan virus tersebut. Apalagi di Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN) sudah memperkirakan masa puncak penyebaran virus ini baru akan terjadi bulan Mei nanti.
Saya kira, sudah saatnya bagi kita untuk meakukan evaluasi diri. Berhenti menganggap virus ini sebagai lelucon yang pantas dibuat memenya di media sosial. Kita juga harus menghentikan sikap abai dan denial (menyangkal kenyataan) terkait bahaya virus ini. Klaim-klaim bahwa hanya wilayah- wilayah tertentu saja yang rawan terhadap penyebaran virus, sementara wilayah lainnya tidak, sama sekali tidak akan membantu menangkal virus ini.
Saat ini, tidak ada wilayah yang benar-benar steril dari virus ini. Hingga hari ini, sudah terdapat lebih dari 130 ribu kasus di seluruh dunia dan virus ini juga telah menginfeksi sebanyak 129 negara. World Health Organization (WHO) pun telah meningkatkan status wabah akibat virus ini dari epidemi menjadi pandemi.
Kita harus menyadari bahwa saat ini semua orang di seluruh dunia sedang melawan virus tersebut, dimanapun mereka berada. Sudah saatnya untuk mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan seperti rajin mencuci tangan, mengurangi kontak fisik dengan orang asing, serta mengurangi bepergian jauh. Ini adalah momen genting yang mesti kita hadapi bersama-sama.