Maaf PSSI, Saya Lelah
PING!!! “Mengundang teman media hadir pada jumpa pers dengan perwakilan pemilik suara…bla bla bla”. Info di Blackberry tersebut membangunkan saya, dikirimkan seorang teman dari media Tribunnews, Alie Usman. sayangnya, undangan itu datang dari Kelompok 78. saya pun memilih melanjutkan tidur.
Sabtu, waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Usai shalat shubuh, saya tak lagi beranjak dari kasur. Ucapan Agum Gumelar semalam benar-benar terngiang-ngiang di kepala saya. “Mohon maaf kepada seluruh rakyat indonesia. Dengan ini kongres saya nyatakan ditutup!!”
Kata ‘ditutup’ yang dilontarkan Agum bahkan harus saya pastikan lagi kepada salah seorang teman wartawan Vivanews di lokasi kongres PSSI di Hotel Sultan, Jumat (20/5) malam itu. “Pak aguuum, pak Agummmm!!” Teriakan-teriakan tersebut membuat saya tak mendengar kata terakhir dari purnawirawan jenderal tersebut. Siapa lagi kalau bukan teriakan orang-orang Kelompok 78.
John Banoa, Catur Agus Saptono, dan Yunus Nusi, tiga nama yang menjadi primadona dalam kongres semalam karena selalu melakukan interupsi.Anehnya, nama ketiganya tidak ada dalam daftar nama pemilik suara sah yang saya miliki.
Sejak awal Kelompok 78 memang sudah tidak berniat mengikuti kongres. Jika sebelumnya mereka menyatakan tidak akan menggelar kongres tandingan dan menjalankan kongres sesuai statuta FIFA maka itu adalah omong kosong. Buktinya, sejak awal mereka memang menginginkan kongres berakhir deadlock.
Agum belum selesai membacakan tata-tertib, seorang pentolan Kelompok 78, Tuty Dau, sudah mengoceh kesana-kemari. Dari soal pengamanan yang terlalu ketat sampai keberadaan orang-orang di luar pemilik suara sah. “C’mon, siapa sih yang menempatkan orang-orang di luar pemilik suara sah??”
Aksi-aksi para penggawa Kelompok 78 membuat para wartawan yang menonton spontan beberapa kali melontarkan makian: Huuuuu!! Tentu bukan semata karena deadline sudah menghimpit, namun juga karena argumen-argumen orang-orang tersebut yang jauh dari bermutu.
Usai kongres tersebut, dalam sebuah konferensi pers, Kelompok 78 kembali berusaha membuat argumen bahwa kongres tidak ricuh dan berjalan normal. Agaknya mereka tak sadar bahwa aksi-aksi mereka ditonton langsung jutaan pasang mata di seantero Indonesia.
Seperti siang tadi. Mungkin besok, lusa, sampai pekan depan kelompok tersebut masih akan terus berusaha mencuci otak para wartawan dengan hal-hal di luar akal sehat manusia. Saya memiliki pendapat kurang lebih sama dengan pemain timnas seperti Firman Utina, Bambang Pamungkas, Hamka Hamzah, dan penggawa-penggawa timnas Indonesia yang lain: Kecewa. Kelompok yang awalnya membawa angin segar, yakni perubahan, justru malah menghancurkan persepakbolaan indonesia.
Pikiran saya kosong saat melangkah gontai ke lapangan ABC senayan sore tadi. Baru kali pertama saya merasakan hal seperti itu dalam enam bulan terakhir ini. besok mungkin Agum akan berbicara di media massa, mungkin juga hal yang sama akan dilakukan Arifin Panigoro dan George Toisutta, Menpora, atau Ketua KONI, bahkan bisa jadi keluar keputusan baru FIFA.
Saya sudah tak lagi peduli. Saya lelah. Sudah terlalu banyak waktu yang saya curahkan untuk PSSI. Mungkin itu juga yang membuat saya lega saat kantor memindahkan saya ke desk yang lain per 30 mei nanti. Saya mengucapkan salut untuk teman-teman yang masih menjunjung tinggi independensi dalam melakoni profesi ini.
Sabtu, 21 Mei 2011; 23:58
-Ruangan kecil yang sedang doyan memutar lagu-lagu Base Jam